“Premanisme bukan sekadar masalah keamanan, tapi juga soal keputusasaan sosial. Banyak dari pelaku berasal dari latar belakang ekonomi lemah dan tidak memiliki akses terhadap pekerjaan yang stabil,” ujar Budi Prakoso, juru bicara Dadunation, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (6/6).

Premanisme: Gejala dari Akar Masalah Sosial

Dadunation menilai bahwa tindakan represif terhadap aksi premanisme sejauh ini belum menyentuh akar persoalan. Penangkapan demi penangkapan oleh aparat hanya memberikan efek jera sementara, tanpa menyelesaikan kondisi yang mendorong seseorang memilih jalur kekerasan atau pemerasan untuk bertahan hidup.

“Kalau seseorang tidak punya pilihan, tidak punya pekerjaan, dan tidak memiliki keterampilan, maka potensi dia untuk masuk ke dunia premanisme akan selalu ada. Ini soal kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi,” tegas Budi.

Laporan internal Dadunation yang dikumpulkan dari sejumlah komunitas lokal menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku premanisme adalah pemuda usia produktif yang menganggur atau bekerja secara informal tanpa jaminan pendapatan tetap. Situasi ini diperburuk oleh tingginya biaya hidup di kota-kota besar dan kurangnya akses terhadap pelatihan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri.

Dorongan untuk Aksi Nyata dari Pemerintah

Melalui kampanye bertajuk "Kerja, Bukan Jalan Pintas", Dadunation mengusulkan agar pemerintah:

1. Memperluas pelatihan keterampilan kerja berbasis kebutuhan lokal dan sektor potensial.

2. Meningkatkan insentif bagi pelaku usaha kecil untuk menyerap tenaga kerja di komunitas mereka.

3. Membangun inkubator usaha mikro di daerah rawan premanisme untuk menciptakan alternatif ekonomi yang sehat.

4. Membuka kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, dan komunitas dalam menciptakan proyek padat karya.

“Pemerintah harus berpikir jangka panjang. Penanganan premanisme tidak bisa hanya diserahkan ke kepolisian. Ini butuh pendekatan sosial-ekonomi yang menyeluruh,” kata Budi.

Menumbuhkan Rasa Kepemilikan Masyarakat

Dadunation juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses transformasi ini. Mereka percaya bahwa program pelibatan warga dalam kegiatan ekonomi produktif mampu membangun rasa memiliki terhadap lingkungan dan memutus siklus kekerasan jalanan.

“Kalau masyarakat punya pekerjaan, punya usaha, mereka akan lebih punya kepentingan untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Premanisme tidak akan punya tempat di tengah komunitas yang sehat secara ekonomi,” ungkap Andira Halim, koordinator lapangan Dadunation link

Dalam beberapa bulan ke depan, Dadunation berencana meluncurkan serangkaian workshop kewirausahaan dan pelatihan keterampilan di beberapa kota, bekerja sama dengan LSM lokal dan pelaku usaha.

Harapan untuk Perubahan Sistemik

Dengan kampanye ini, Dadunation berharap pendekatan penanggulangan premanisme bisa bergeser dari semata-mata penindakan ke arah pencegahan dan pemberdayaan. Mereka optimistis, jika lapangan kerja tersedia secara luas dan merata, maka angka kekerasan dan kriminalitas yang berbasis ekonomi bisa ditekan secara signifikan.

“Masalahnya bukan pada individunya, tapi pada sistem yang gagal memberikan alternatif yang bermartabat. Kalau negara hadir, masyarakat akan bangkit,” tutup Budi.